Senin, 28 Oktober 2013

TEORI KEWIRAUSAHAAN

Kata wirausaha dalam bahasa Indonesia merupakan gabungan dari kata “wira” yang artinya gagah berani, perkasa dan kata “usaha”, sehingga secara harfiah wirausahawan diartikan sebagai orang yang gagah berani atau perkasa dalam berusaha  (Riyanti,  2003).  Wirausaha  atau  wiraswasta  menurut  Priyono  dan Soerata (2005) berasal dari kata “wira” yang berarti utama, gagah, luhur berani atau  pejuang;  “swa”  berarti  sendiri;  dan  kata  ”sta”  berarti  berdiri.  Dari  asal katanya  “swasta”  berarti  berdiri  di  atas  kaki  sendiri  atau  berdiri  di  atas kemampuan sendiri. Kemudian mereka menyimpulkan bahwa wirausahawan atau wiraswastawan berarti orang yang berjuang dengan gagah, berani, juga luhur dan pantas diteladani dalam bidang usaha, atau dengan kata lain wirausahawan adalah orang-orang yang mempunyai sifat-sifat kewirausahaan atau kewiraswastaan seperti: keberanian mengambil resiko, keutamaan dan keteladanan dalam menangani usaha dengan berpijak pada kemauan dan kemampuan sendiri.
Drucker (1985) mengartikan kewirausahaan sebagai semangat, kemampuan, sikap dan perilaku individu dalam menangani usaha (kegiatan) yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.



Hisrich dan Brush (dalam Winardi, 2003) menyatakan bahwa kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang berbeda nilainya dengan jalan mengorbankan waktu dan upaya yang diperlukan untuk menanggung resiko finansial, psikologikal serta sosial dan menerima hasil-hasil berupa imbalan moneter dan kepuasan pribadi sebagai dampak dari kegiatan tersebut.
Kao (1997) mendefinisikan kewirausahaan sebagai suatu proses penciptaan sesuatu yang baru (kreasi) dan/atau membuat sesuatu yang berbeda (inovasi), yang tujuannya adalah tercapainya kesejahteraan individu dan nilai tambah bagi masyarakat. Hal senada disampaikan oleh Schumpeter (dalam Winardi, 2003) dengan menyatakan bahwa kewirausahaan merupakan sebuah proses dan para wirausahawan adalah seorang inovator yang memanfaatkan proses tersebut.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah semangat, kemampuan dan perilaku individu yang berani menanggung resiko, baik itu resiko finansial, psikologikal, maupun sosial dalam melakukan suatu proses penciptaan sesuatu yang baru (kreasi baru) dan membuat sesuatu  yang  berbeda  dari  yang  sudah  ada  (inovasi)  dengan  menerima  hasil berupa imbalan moneter dan kepuasan pribadi.



2. Ciri-Ciri Wirausahawan

Bygrave (dalam Ifham, 2002) mengemukakan beberapa ciri-ciri seorang wirausahawan, yaitu:
a.   Mimpi  (dreams),  yakni  memiliki  visi  masa  depan  dan  kemampuan mencapai visi tersebut.



b.   Ketegasan (decisiveness), yakni tidak menangguhkan waktu dan membuat keputusan dengan cepat.
c.   Pelaku (doers), yakni melaksanakan secepat mungkin.

d.   Ketetapan hati (determination), yakni komitmen total, pantang menyerah. e.   Dedikasi (dedication), yakni berdedikasi total, tidak kenal lelah.
f Kesetiaan (devotion), yakni mencintai apa yang dikerjakan.

g.   Terperinci (details), yakni menguasai rincian yang bersifat kritis.

h.   Nasib (destiny), yakni bertanggungjawab atas nasib sendiri yang hendak dicapainya.
i.    Uang (dollars), yakni kaya bukan motivator utama, uang lebih berarti sebagai ukuran sukses.
j.    Distribusi  (distributif),  yakni  mendistribusikan  kepemilikan  usahanya kepada karyawan kunci yang merupakan faktor penting bagi kesuksesan usahanya.



3. Aspek-Aspek Kewirausahaan

Drucker (1985) menguraikan aspek-aspek kewirausahaan, yaitu:

a.   Kemampuan mengindera peluang usaha, yakni kemampuan melihat dan memanfaatkan peluang untuk mengadakan langkah-langkah perubahan menuju masa depan yang lebih baik.
b.   Percaya diri dan mampu bersikap positif terhadap diri dan lingkungannya, yakni berkeyakinan bahwa usaha yang dikelolanya akan berhasil.
c.   Berperilaku memimpin, yaitu mampu mengarahkan, menggerakkan orang lain, dan bertanggungjawab untuk meningkatkan usaha.



d.   Memiliki inisiatif untuk menjadi kreatif dan inovatif, yaitu mempunyai prakarsa untuk menciptakan produk/metode baru yang lebih baik mutu atau jumlahnya agar mampu bersaing.
e.   Mampu bekerja keras, yaitu memiliki daya juang yang tinggi, bekerja penuh energi, tekun, tabah, melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan tanpa mengenal putus asa.
f.    Berpandangan luas dengan visi ke depan yang baik, yaitu berorientasi pada masa yang akan datang dan dapat memperkirakan hal-hal yang dapat terjadi sehingga langkah yang diambil sudah dapat diperhitungkan.
g.   Berani   mengambil   resiko,   yaitu   suka   pada   tantangan   dan   berani mengambil resiko walau dalam situasi dan kondisi yang tidak menentu. Resiko yang dipilih tentunya dengan perhitungan yang matang.



4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kewirausahaan

Menurut  Hidayat  (2000)  faktor-faktor  yang  mempengaruhi  kewirausahaan, yaitu:
a.   Variabel situasional

1).  Lama studi.

Lama studi didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan studi S1.
2).  Status kerja

Status kerja adalah tingkat keterlibatan responden pada kegiatan- kegiatan yang memberikan pendapatan bagi dirinya, baik dalam status sebagai karyawan maupun pemilik modal.



3).  Status pernikahan

Status pernikahan adalah tingkat konsekuensi ekonomis status pernikahan yang sedang dialami oleh responden.
b.   Variabel latar belakang

1)   Latar belakang orang tua

Latar belakang orang tua adalah tingkat keterlibatan lingkungan keluarga dalam aktivitas kewirausahaan. Pengalaman berusaha dapat diperoleh dari bimbingan sejak kecil yang diberikan oleh orang tua yang berprofesi sebagai wirausahawan (Staw dalam Riyanti, 2003).
2)  Usia

Pengertian usia adalah usia kronologis dari subjek penelitian. c.   Variabel karakteristik kepribadian
1)   Dorongan berprestasi

Dorongan berprestasi mengacu pada preferensi terhadap tingkat kesulitan, standar pencapaian, dan persistensi dalam proses pencapaian tujuan.
2)   Kemandirian

Kemandirian mengacu pada dua faktor, yaitu kemandirian emosional dan kemandirian ekonomis. Kemandirian emosional adalah tingkat kecenderungan individu untuk memutuskan sendiri hal-hal yang bersifat penting bagi dirinya. Kemandirian ekonomis adalah kemampuan individu untuk mencukupi kebutuhan- kebutuhan ekonomis dirinya sendiri.



3)   Toleransi pada perubahan

Toleransi pada perubahan mengacu kepada tingkat kemampuan untuk menghadapi perubahan-perubahan pada situasi kerja dan situasi hubungan sosial. Individu cenderung untuk mencari atau membutuhkan situasi-situasi baru untuk menjaga vitalitas dirinya. Menganggap perubahan bukan sesuatu yang menakutkan atau mengancam, tetapi sesuatu yang menantang atau sebuah peluang.
4)  Sikap terhadap uang

Uang adalah medium pertukaran (medium of exchange). Sikap terhadap uang merupakan penerimaan individu terhadap uang sebagai medium dalam aktivitas-aktivitas pertukaran, seperti transaksi ekonomi, dan transaksi sosial.
d.   Citra kewirausahaan

Citra kewirausahaan merupakan konstruksi kognitif tentang kewirausahaan. Konstruksi ini meliputi faktor-faktor: persepsi tentang sikap masyarakat terhadap wirausaha, persepsi tentang potensial payoff dari dunia usaha dan konstruksi realitas kewirausahaan.
e.   Conviction and career preference

Conviction dan career preference didefinisikan sebagai persepsi individu tentang kemampuan dirinya untuk berhasil dalam bidang kewirausahaan.   Konstruk   ini   meliputi   persepsi   tentang   tingkat kesulitan  dalam  memulai  sebuah  usaha  dan  sumber  yang  potensial yang dimiliki.
f Lingkungan universitas



Konstruk lingkungan universitas maksudnya manifestasi dari konstruk dukungan sosial terhadap kewirausahaan. Komponen dari dukungan universitas terhadap kewirausahaan meliputi: dukungan informasional, dukungan emosional, dukungan instrumental, dan dukungan evaluatif.
g.   Niat menjadi wirausaha


Niat menjadi wirausaha merujuk pada rencana untuk membuka sebuah usaha dalam jangka pendek (1 tahun) dan jangka panjang (5 tahun).


sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23570/3/Chapter%20II.pdf