Kata wirausaha dalam bahasa Indonesia merupakan
gabungan dari kata “wira”
yang artinya gagah berani, perkasa dan kata “usaha”, sehingga secara harfiah
wirausahawan diartikan sebagai orang
yang gagah berani atau perkasa dalam berusaha
(Riyanti, 2003). Wirausaha
atau wiraswasta menurut Priyono
dan Soerata (2005) berasal
dari kata “wira” yang berarti utama, gagah, luhur berani atau pejuang; “swa”
berarti
sendiri;
dan
kata ”sta” berarti berdiri.
Dari
asal katanya
“swasta” berarti berdiri di
atas kaki sendiri
atau berdiri di atas kemampuan sendiri.
Kemudian mereka menyimpulkan
bahwa wirausahawan atau wiraswastawan berarti orang yang berjuang
dengan gagah, berani, juga luhur dan pantas diteladani dalam bidang usaha, atau dengan kata lain wirausahawan adalah orang-orang yang mempunyai sifat-sifat kewirausahaan atau
kewiraswastaan seperti: keberanian mengambil
resiko, keutamaan dan keteladanan dalam menangani
usaha dengan berpijak pada kemauan dan kemampuan sendiri.
Drucker (1985)
mengartikan kewirausahaan sebagai semangat, kemampuan, sikap dan perilaku individu
dalam menangani usaha (kegiatan) yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk
baru dengan meningkatkan efisiensi
dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh
keuntungan yang lebih besar.
Hisrich dan Brush (dalam Winardi, 2003) menyatakan
bahwa kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang berbeda
nilainya dengan jalan mengorbankan waktu dan upaya yang diperlukan untuk menanggung resiko finansial, psikologikal serta sosial
dan menerima hasil-hasil berupa imbalan moneter dan kepuasan pribadi sebagai
dampak dari kegiatan tersebut.
Kao (1997) mendefinisikan kewirausahaan sebagai suatu proses penciptaan sesuatu yang baru (kreasi)
dan/atau membuat sesuatu yang berbeda (inovasi), yang tujuannya adalah tercapainya kesejahteraan individu
dan nilai tambah bagi
masyarakat. Hal senada disampaikan oleh Schumpeter (dalam
Winardi, 2003) dengan menyatakan bahwa
kewirausahaan merupakan sebuah proses dan para wirausahawan adalah seorang inovator
yang memanfaatkan proses
tersebut.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah semangat, kemampuan dan perilaku individu yang berani menanggung
resiko, baik itu resiko finansial, psikologikal, maupun sosial dalam
melakukan suatu proses penciptaan
sesuatu yang baru (kreasi baru) dan membuat sesuatu yang
berbeda dari yang
sudah ada (inovasi)
dengan menerima hasil
berupa imbalan moneter dan kepuasan pribadi.
2. Ciri-Ciri Wirausahawan
Bygrave (dalam
Ifham, 2002) mengemukakan beberapa
ciri-ciri seorang wirausahawan, yaitu:
a. Mimpi
(dreams), yakni memiliki
visi
masa depan dan kemampuan mencapai
visi tersebut.
b. Ketegasan (decisiveness), yakni tidak menangguhkan waktu dan membuat
keputusan dengan cepat.
c. Pelaku (doers), yakni melaksanakan secepat mungkin.
d. Ketetapan hati
(determination), yakni komitmen total, pantang menyerah. e. Dedikasi
(dedication), yakni berdedikasi total, tidak
kenal lelah.
f. Kesetiaan
(devotion), yakni mencintai
apa yang dikerjakan.
g. Terperinci
(details), yakni menguasai
rincian yang bersifat kritis.
h. Nasib (destiny), yakni
bertanggungjawab atas nasib sendiri yang hendak
dicapainya.
i. Uang (dollars),
yakni kaya bukan
motivator utama, uang lebih
berarti sebagai ukuran sukses.
j. Distribusi
(distributif),
yakni
mendistribusikan
kepemilikan usahanya
kepada karyawan kunci yang merupakan
faktor penting bagi kesuksesan
usahanya.
3. Aspek-Aspek Kewirausahaan
Drucker (1985) menguraikan aspek-aspek kewirausahaan, yaitu:
a. Kemampuan mengindera peluang
usaha, yakni kemampuan melihat dan memanfaatkan peluang untuk mengadakan langkah-langkah perubahan menuju masa depan yang lebih baik.
b. Percaya diri dan mampu bersikap
positif terhadap diri dan lingkungannya,
yakni berkeyakinan bahwa usaha yang
dikelolanya akan berhasil.
c.
Berperilaku memimpin, yaitu mampu mengarahkan, menggerakkan orang lain, dan bertanggungjawab untuk meningkatkan usaha.
d. Memiliki inisiatif
untuk menjadi kreatif dan inovatif, yaitu
mempunyai prakarsa
untuk menciptakan produk/metode baru yang lebih baik mutu
atau jumlahnya agar mampu
bersaing.
e. Mampu bekerja keras,
yaitu memiliki daya juang yang tinggi, bekerja penuh energi, tekun, tabah, melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan tanpa mengenal putus asa.
f. Berpandangan luas dengan visi ke depan yang baik, yaitu berorientasi pada masa yang akan datang dan dapat memperkirakan hal-hal yang dapat
terjadi sehingga langkah yang diambil
sudah dapat diperhitungkan.
g.
Berani mengambil resiko,
yaitu
suka
pada
tantangan dan
berani mengambil resiko walau dalam situasi dan kondisi
yang tidak menentu.
Resiko yang dipilih tentunya dengan perhitungan yang matang.
4. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kewirausahaan
Menurut
Hidayat
(2000)
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kewirausahaan,
yaitu:
a. Variabel situasional
1). Lama
studi.
Lama studi
didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan studi S1.
2). Status kerja
Status
kerja adalah tingkat keterlibatan
responden pada kegiatan- kegiatan yang memberikan pendapatan
bagi dirinya, baik dalam status sebagai
karyawan maupun pemilik modal.
3). Status pernikahan
Status pernikahan adalah tingkat konsekuensi ekonomis status pernikahan yang sedang dialami
oleh responden.
b. Variabel latar belakang
1) Latar belakang orang tua
Latar belakang orang tua adalah
tingkat keterlibatan lingkungan keluarga dalam aktivitas kewirausahaan. Pengalaman berusaha dapat diperoleh dari bimbingan
sejak kecil yang diberikan oleh orang tua yang berprofesi sebagai wirausahawan (Staw dalam Riyanti, 2003).
2) Usia
Pengertian
usia adalah usia kronologis dari subjek penelitian. c. Variabel karakteristik kepribadian
1) Dorongan berprestasi
Dorongan
berprestasi mengacu pada preferensi terhadap tingkat kesulitan, standar pencapaian, dan persistensi dalam proses pencapaian tujuan.
2) Kemandirian
Kemandirian mengacu pada dua
faktor, yaitu kemandirian emosional
dan kemandirian ekonomis. Kemandirian emosional adalah tingkat kecenderungan
individu untuk memutuskan
sendiri hal-hal yang bersifat penting bagi dirinya. Kemandirian ekonomis adalah kemampuan
individu untuk mencukupi kebutuhan-
kebutuhan ekonomis dirinya sendiri.
3) Toleransi pada perubahan
Toleransi
pada perubahan mengacu kepada tingkat kemampuan untuk menghadapi perubahan-perubahan pada situasi kerja dan
situasi hubungan sosial. Individu cenderung
untuk mencari atau membutuhkan
situasi-situasi baru untuk menjaga
vitalitas dirinya. Menganggap perubahan bukan
sesuatu yang menakutkan atau mengancam,
tetapi sesuatu yang menantang atau sebuah peluang.
4) Sikap
terhadap uang
Uang adalah medium pertukaran (medium of exchange). Sikap terhadap uang merupakan penerimaan individu terhadap uang sebagai medium dalam aktivitas-aktivitas pertukaran, seperti transaksi ekonomi, dan transaksi sosial.
d. Citra kewirausahaan
Citra
kewirausahaan merupakan
konstruksi kognitif tentang
kewirausahaan. Konstruksi ini meliputi faktor-faktor: persepsi
tentang sikap masyarakat terhadap wirausaha, persepsi tentang
potensial payoff dari dunia usaha dan konstruksi realitas kewirausahaan.
e. Conviction
and career preference
Conviction
dan
career preference didefinisikan sebagai persepsi individu tentang kemampuan
dirinya untuk berhasil dalam bidang
kewirausahaan. Konstruk ini meliputi
persepsi tentang tingkat kesulitan dalam memulai sebuah usaha dan sumber
yang
potensial
yang dimiliki.
f. Lingkungan universitas
Konstruk
lingkungan universitas maksudnya
manifestasi dari konstruk dukungan sosial terhadap kewirausahaan. Komponen dari dukungan
universitas terhadap kewirausahaan meliputi: dukungan
informasional, dukungan
emosional, dukungan instrumental, dan
dukungan evaluatif.
g. Niat menjadi wirausaha
Niat
menjadi wirausaha merujuk pada
rencana untuk membuka sebuah usaha dalam jangka pendek (1
tahun) dan jangka panjang (5 tahun).
sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23570/3/Chapter%20II.pdf